teman imaji

Invisible yet not Impossible. I exist.

Month: December, 2007

Benazir 27-12-07

Petang ini mata saya dibelalakan oleh berita-berita pembunuhan Benazir Bhutto.
Saya kaget bukan kepalang.
Salah satu wanita yang cukup fenomenal yang cukup banyak merebut banyak perhatian saya sejak saya masih duduk di bangku sekolah hingga sekarang.
Dulu mengingat sosoknya berarti mengingatkan saya akan seorang wanita yang cerdas dan mandiri.
Lalu kemudian mengingatnya adalah mengingatkan saya akan wanita yang tegar dan berani menghadapi resiko demi apa yang diyakini. Punya tekad kuat yang bukan sekedar nekat.

Kini ia mengingatkan kembali bahwa dunia politik memang kejam dan penuh intrik.

Semoga Tuhan memberi tempat yang pantas untuknya. Amin.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/2228796.stm
http://afp.google.com/article/ALeqM5hFnZ4KzDiBsya_EvHGI5frQ-okeA
http://canadianpress.google.com/article/ALeqM5iMb1loHZGB66_sDe0r78rgKiE5kQ

Stade atau Lüneburg?

Sedang ingin aja jalan-jalan sendirian dan dengan tenang memotret sesuka hati.
Sudah lama saya tidak berkesempatan memotret dengan tenang.

Minggu adalah saat yang tepat.
Sebagai pemilik kartu abonemen HVV saya tak perlu membayar ekstra selama tujuan masih di dalam lingkaran “Gesamt Bereich” kota Hamburg, selama hari libur. Ngirit euy…

Namun…apa daya..
Mendung dan kabut benar-benar menghancurkan harapan saya untuk pergi hunting foto hari ini.
Padahal sudah berhari-hari saya membiarkan diri saya teombang-ambing kebingungan untuk memutuskan: “Hunting foto ke Stade atau Lüneburg ya?”
Alih-alih memutuskan salah satu antara dua kota itu, saya malah memilih untuk tetap di rumah. Lagipula…nggak bisa ‘nyalahin’ mendung saja sih, suhu luar yang di bawah nol, pasti tak akan bersahabat dengan saya yang tadi pagi mimisan.

Na, Gut…zu Hause bleiben.
Mau apa ya di rumah seharian? (bingung karena banyak pilihan)

Astaga…saya kan ada bacaan seru! *Buru-buru membuka kembali email Ika*
Asikkk….A very Yuppy Wedding akan jadi bacaan saya sambil santai-santai sepanjang sore ini.
(thanks ya Ka!)

Tapi tetap masih tersisa pertanyaan, kalau minggu depan saya beruntung dan cuaca cerah.
Mendingan ke Stade atau Lüneburg ya?
Hmm…
Siapa yah yang sudah pernah ke sana?
Lebih bagus mana yah?

Philanthropists

Philanthropists.

Bukan kata yang sehari-hari saya dengar, namun tak asing bagi mata dan telinga.
Sering saya baca &/ dengar kalimat semacam:
“He is one of the most successful entrepreneurs and most generous philanthropist”

Kalau tidak melihat konteks pembahasan atau jenis majalah di mana saya membaca kata Philanthropist tadi, dengan sok tahu saya akan langsung menuduh kata tersebut artinya berhubungan dengan….tumbuh-tumbuhan…atau agak ngawur sedikit jauh yaitu tertukar dengan ..philatelist dan perangko-perangkonya.
*gubrak….ngasal plus sotoy abisss*

Padahal yang dimaksud dengan Philanthropist ini kira-kira adalah orang yang melakukan tindakan kedermawanan untuk menyumbang dalam rangka kemanusiaan.
Banyak kontribusi-kontribusi perusahaan dan pengusaha (mulai dari yang kakap hingga yang teri) yang dilakukan dalam rangka kemanusiaan dan keperdulian sosial berjudul Corporate Philanthropy dan Corporate Social Responsibility.

Namun kedermawanan tersebut ternyata tidak sama antara Pendekatan “Philanthropy“dengan Pendekatan “Social responsibility”.

Ah..
Adakah yang sudi kiranya menjelaskan tentang hal di atas pada saya dengan bahasa yang mudah dan gamblang?

blargh…gini nih kalau otak menumpul di saat insomnia mulai menyerang, kepikiran satu kata saja efeknya seperti habis menenggak kafein segantang. Tetap susah tidur walau sudah sambil tutupan mata pakai bantal….minyak lavender…lampu temaram…dan berdoa.

Oh Tuhan…jangan jadikan hamba seorang nocturnal..*sigh*

*keterangan foto: Waren Buffet

Legalisasi Ijasah Lulusan Belanda

Lulus Sekolah di Belanda?
Eitss…sebelum pulang ke tanah air, jangan lupa Legalisir Ijasah dulu yaaa..
Terutama jika Ijasah tersebut akan melalui proses akreditasi DIKTI.

Langkah-langkahnya adalah:
1. Legalisasi Ijasah di Informatie Beheer Groep (IBG). IBG ini letaknya di kota Groningen.
2. Setelah Ijasah diketahui dan distempel oleh IBG, lalu ijasah tersebut dilegalisir di Kantor Kementrian Luar Negeri (Ministerie Buitenlandse Zaken) di Den Haag.
3. Kemudian, Ijasah dilegalisir oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag. Salah satu syarat akreditasi ijasah di tanah air adalah legalisir dari KBRI.

Tips:
Sebaiknya menelpon atau mencari informasi jam buka dan biaya pelayanan.

clue: biayanya lumayan nendang! <– tampang bokek

In Hamburg Again..

Ahhhhh……akhirnya…setelah beberapa jam naik kereta dari Groningen, saya sudah di Hamburg lagi.
Tiga-hari terakhir saya bolak-balik di Groningen dan Den Haag untuk mengurus beberapa dokumen.

Lumayan penat rasanya.
Apalagi suhu dingin (Belanda sudah membeku lho!)
cukup membuat saya (lagi-lagi) kembali mengibarkan bendera putih pada influenza.

Saya pulang ke Hamburg di saat yg tepat.
Waktunya untuk istirahat.
Dan sepertinya …secangkir teh hangat dan beberapa potong Speculaaas yg saya beli dari negeri kincir angin, akan membuat istirahat penghujung sore ini lebih nikmat.

It’s always good to be home.

Sampai Jumpa Tahun Depan, Suamiku…

Kecupannya menghangatkan pipi saya yang dingin diterpa angin desember.

Walau sudah berkali-kali pintu itu jadi saksi saat saya melepas Uda Andri pergi tapi setiap kalinya pintu itu terasa berat untuk ditutup lagi.
Separuh jiwaku seolah ikut dibawanya pergi.

“Aku pergi takkan lama….” katanya setengah berbisik sebelum melepaskan dekapnya.

Sampai jumpa tahun depan yah suamiku sayang..doaku selalu menyertaimu..

*Import-postingan dari blog saya yang ini*

(Sajak dan Resep) Kolak

SAJAK KOLAK

“Terbit liurku melihat kolak
Dijual orang di tepi jalan
Untung teringat nasihat emak
Di situ aku dilarang makan….

Terus kupergi menoleh tidak
Ubi kubeli serta cempedak
Kubawa pulang untuk emakku…
Kolak sekarang dimasak emak
Kami menanti tidaklah lama
Hidangan murah makan bersama…”


Demikian bunyi sajak itu…tiba-tiba lancar meluncur dari bibir saya bagai mantra saat saya menuang santan dan mengaduk kolak yang saya masak.
Beberapa saat kemudian sayapun termenung dan bertanya pada diri sendiri:

“Haaah !!Itu sajak zaman kapan ya?”
Jantung saya berdegup agak lebih kencang…lho, itu kan sajak waktu SD dulu!
Rasanya tak pernah ada ekstra waktu saya untuk menghapalkan sajak itu dalam kurun waktu satu dekade terakhir.(Boro-boro menghapalkan…ada usaha untuk mengingat eksistensinya pun tidak)

Ah….tak sangka sajak itu ternyata tanpa saya sadari mengesankan buat saya.

Saya generasi anak SD zaman pelajaran Bahasa Indonesia bertokoh Budi dan Wati. Apakah sajak kolak ini dari buku pelajaran yang sama ya?
Entahlah.. saya tak ingat lagi… dan sayapun jauh dari rumah orangtua saya sehingga saya tidak punya kesempatan untuk memeriksa buku-buku lama saya waktu SD dulu.

Dulu…
Ibu guru saya adalah guru sepuh yang saat saya lulus SD sudah pensiun….seingat saya beliau jarang mengajarkan teori sastra, melainkan lebih banyak bersajak, memberi nasehat dan bercerita.
Beliau benar-benar ahli bercerita.
Yoyok**, murid nakal yang pernah hampir membuat kepala saya bocor karena melemparkan botol selai ke kepala saya saja bisa duduk tenang dan menyimak.
Alhasil Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang paling saya suka dan saya tunggu-tunggu, hingga jika hari itu ada pelajaran bahasa Indonesia maka saya tak sabar untuk lebih cepat berangkat dari rumah menuju sekolah.

Kembali ke Kolak.
Sungguh sejujurnya waktu kecil saya tak suka kolak. Kesal rasanya jika sore hari saya mencium baru kolak pisang. Perpaduan kejengkelan yang nyaris sempurna…saya tak suka pisang, eh pisangnya dibuat kolak pula!
Tapi…sejak “sajak kolak” ini diajarkan hati saya melembut terhadap pisang dikolak.
Walau cinta pada kolak tak kunjung datang, tapi setidaknya ketika kolak disajikan oleh ibunda, hati saya tak lagi berontak.

Kini….
Ah, saya jadi tersenyum sendiri.
Kolak, bukan lagi sajian yang dengan mudah tinggal saya nikmati.
Saya sendirilah yang harus membeli bahan kolak dan memasaknya untuk jadi kudapan sore ini.

Tapi…ini bukan negeriku sendiri! Tongkat dan kayu dilempar tak selalu jadi tanaman di sini. Kemana lagi ubi dan cempedak harus ku cari??
*heheheh ..it’s not that dramatic though*


Tak ada rotan akarpun jadi. Tanpa ubi dan cempedak, pisang tandukpun jadi.
Untung pisang tanduk masih banyak saya dapati di toko ASIA.

Syukurlah…Saya suami saya ternyata suka kolak dan dengan lahap menikmati kolak yang saya hidangkan.
Bisa jadi “sajak Kolak” yang saya cantumkan di awal postingan ini, juga pernah membuatnya terkesan saat duduk di banku SD.

Entah bagaimana kurikulum SD di Indonesia saat ini.
Masih diajarkan tidak yah “sajak Kolak” ini di sekolah?

RESEP KOLAK

Untuk resep kolak, saya meniru langsung dari blog tetangga saya, sang pemilik Kedai Hamburg yang tersohor: Mbak Retno.

KOLAK PISANG versi Kedai Hamburg

Ingredients:
4 banana plantains
1 can palm´s seeds (without water)
350 g gula jawa/palm sugar
400 ml coconut milk
400 ml water
1 cinnamon stick (4cm)

directions: peel and cut the plantains into small rounds. Boil water with palm sugar and then sift. Pour in the palm sugar syrup in a sauce pan together with banana plantains. Add coconut milk and cinnamon stick. Bring to boil and let simmer for about 10 – 15 minutes.

Hmmm…resep ini adalah resep kolak paling enak yg pernah saya coba!!!!!
Hanya saja santannya agak saya kurangi karena untuk kolak, uda dan saya lebih suka kolak yang tidak kental.

nyamm…
nyamm…
Kolak, anyone?

** Adalah nama yang sebenarnya.

Resolusi 2008 …..akhirnya saya kerjakan juga Pe-Ernya…. ;D

Dapet Pe-er dari Kak Mia. Sebenarnya ini termasuk Pe-Er yang bermanfaat hanya saja….mengerjakannya nggak sesederhana yang saya bayangkan.

Begini bunyi Pe-ernya:

Sebelum mulai nulis, That’s The Rule yang mesti ditulis juga

  • Bikin 8 Resolusi hidup kamu untuk 2008. WAJIB 8 ga kurang ga lebih.
  • Sebarkan ke 8 orang, yang kamu tunjuk dan kamu anggap dia perlu perubahan, dan sebutkan alasan kamu : kenapa milih dia.
  • Kamu mesti mampir ke 8 orang tersebut, untuk ngasih tau bahwa mereka dapet PR dari kamu…

Jumlahnya harus 8! Wah…kalau gitu saya harus memilah-milah yang mana yang akan saya masukkan ke dalam jawaban Pe-er. Soalnya..setelah dilihat-lihat, ibarat rambut, list resolusi yang udah saya buat..kok gondrong sekaliii….
Hmm…musti dipangkas habis-habisan nih.

Akhirnya….I’ve choose my 8 most unpersonal goals I’ve got for 2008 to be written and shared here.

1. More organised and get a Pocket journal or a small note book. My days are numbered and I realized that being ignorant about dates and hours is tragically a bad idea.it’s soooo… 2007. I often schedule events on the go but mostly have nothing in my bag to write on except, perhaps a gum wrapper..my cell phone? oh yes..I’ve tried to keep it many times but…somehow I just don’t match with my cell phone. For me Cell phone is simply for talking. I’m not a person who enjoy typing on a cell phone..not even an SMS.Ndesooooo!??! hehehe..Biariiinnn …..hweeek!

2. Lulus Iqro. Maksudnya beneran lulus sepaket buku ngaji Iqro. Malu hati sama murid-murid TPA yg saya ajar kalau bu gurunya saja masih berantakan tajwidnya dan kalau baca Qur’an masih bablas rambu-rambunya….nggak mbedain Ikhfa Idgham Idzhar..2,4,6 harkat sering ketuker…oooh tidakkk….

3. Belajar untuk lebih komunikatif dengan berbagai orang. Bakal ketemu banyak orang baru dengan latar belakang baru, di tempat baru, budaya baru……bahasa baru? alamak…

4. Immediately start emptying my heart from anything that makes my steps heavier leaving Hamburg. When I was starting to learn “how to love Hamburg and Germany” I thought I only need the lesson as survival kit. Unexpectedly..I love this place so much!

5. NABUNG!!!!!!!!.Buat banyak kebutuhan masa depan….dan yg jadi rencana terdekat supaya bisa mewujudkan cita-cita berhaji dan program punya baby. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit..Amiinnn..

6. Mencari peluang untuk sekolah lagi. Mungkinkah?? Harus dicoba!!!

7. Lebih dekat dengan keempat orang tua…Walau tak mungkin membalas semua jasa-jasa mereka, saya harus tetap mencoba membahagiakan mereka semaksimal mungkin. Dengan kemampuan sekecil apapun jika berhasil membuat mereka tersenyum bahagia…uuuhhhh rasanya seperti memeluk dunia!!!!!!!!!!!!!!!!!!

8. Last but not least….adalah ringkasan dari banyak resolusi teknis yg sangat personal, yang intinya adalah berusaha menjadi istri yang baik dan segala implementasi lain agar bisa jadi hamba ALLAH yg baik. Amiin….

hmm….

Siapakah kira-kira 8 orang yang rela saya kirimin pe-er ini yaaaa??

Mudah-mudahan beliau-beliau di bawah ini bersedia yah..;D kl nggak …yaa maap maap…eikeh sekedar menunaikan ‘rule’ terakhir…dan nama-nama inilah yg pertama-tama berkelebat dalam benak saya

1. Jeng Migo
2. Jeng Afifi
3. Jeng Titien
4. Neng Uwie
5. Mpok Iin
6. Mpok Iya
7. Mbak Irma
8. Mas Hari

Love Should Never Hurt (?)

Seorang aktivis manis, sebut saja namanya Dewi, berjalan dengan santai saat seorang rekannya menepuk punggungnya dan menyapa: “Selamat pagi Jeng!!”
Dewi, bukannya dengan ceria menjawab salam rekannya malah terhenyak dan spontan mengaduh.
Sang teman dengan heran bertanya: “kenapa Wi? duh maaf ya…abis latihan berat lagi ya kemarin?”
“iya nih..habis latihan tambahan semalam..biasa buat pertandingan” demikian Dewi dengan tanggap menjawab diiringi dengan senyum manisnya yang kembali mengembang.

Temannya pun tidak berpikir macam-macam. Semua orang di kantor konsultan itu tahu bahwa Dewi biasa latihan karate hingga tubuhnya pegal-pegal.
Manis, pintar, independen, bersabuk hitam pula….
Siapa nyana Dewi adalah korban KDRT?
Suaminya yang tampan, santun dan juga salah satu eksekutif di biro konsultan ternama itu bahkan dikenal sebagai ikhwan yg seringkali memberi tausiah di beberapa kelompok pengajian.

KDRT dalam rumah tangga pasangan ideal itu kedengarannya seperti hal yang mustahil….

——–
itu adalah satu ilustrasi KDRT yg terselubung…yg saya ambil dari kisah non-fiksi.
Tentu banyak lagi korban KDRT yg secara fisik tak ‘seberuntung’ Dewi yg bersabuk hitam…
Jelas masih ada banyak Dewi Dewi lain….
Dan kisah-kisah berbagai kasus KDRT ada diberbagai penjuru dunia…pun di negara-negara maju.

Mendengarkan, membaca dan menuliskan kisah-kisah domestic violence atau kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu pengalaman yang luar biasa, mendekati luar biasanya pengalaman yang dialami oleh orang-orang yg terlibat langsung.

Yang membuat trenyuh hati, tak jarang atau sering kali pelaku dan korban adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan paham agama.. Bahkan….sorry to say, ada diantara pelaku atau korban KDRT adalah orang-orang yang diluar rumah tangganya adalah aktivis Hak Azasi Manusia…they stand up and speak loud to fight domestic violence…they even have clients and help the clients to fight free from this drama.

Ahhh!!
Ironis dan dramatik.
menyedihkan..
Pelik..

Bahkan…menyelamatkan orang-orang seperti inilah yang paling sulit.
Karena mereka lihai membuat alibi dalam menutupi luka yang dibuatnya atau yang diterimanya
Dan semua itu atas nama……CINTA.

Satu kata ajaib yang susah untuk dimengerti, dipahami…oleh orang yang normal dan merasa dirinya normal.
Jadi terbayanglah ….apa itu arti cinta bagi orang yang sakit jiwanya….hingga sakit raganya.

Dedicated to sufferers of Domestic Violence
Love should never hurt….