Perkenalan yg Tak Terduga

by temanimaji

“Pagiiii…!!”
Wuah sepertinya Hamburg akan cerah sekali hari ini. Paling tidak langitnya tak akan flat berkabut putih bak kertas yg biasa parkir di mulut printer, sebagaimana seminggu belakangan. Langit hari ini tak memelas, semoga.
Lihat saja gambar di samping yang saya ambil barusan sebelum mulai menuliskan postingan ini, dari jendela dapur, tempat saya bercokol dengan laptop mini saya saban hari.
Walau suhu di luar sepertinya drop saya harap siang nanti lebih hangat.

Apa ini karena saya sedang senang sekali?
*ngucek-ngucek mata* ternyata tidak deng. Fakta langit cerah independen dari fakta bahwa saya kemarin senang sekali berkenalan dengan seseorang secara tak terduga.

Jadi begini…
Kemarin setelah 2 sahabat baik saya, Kezia dan Rina, menginap di apt kami, kamipun hunting Foto bersama. (walaupun Rina cuma sampai jam 10 pagi, karena kereta ICE yg mengantarnya kembali ke Hannover sudah datang). Bagaimana sih rasanya dikunjungi sahabat dan melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama? Tentu membahagiakan!

Rasa bahagia itu berlanjut karena Kezia yg sudah bbrp kali ke Hamburg, berkali-kali berkata bahagia, karena dia tak menyangka kalau Hamburg secantik yang ia lihat sekarang sebab saya membawanya ke tempat-tempat cantik (Yang jelas bukan pusat perbelanjaan kota!). Rupanya baru kali in Kezia naik kapal di Hamburg dan saya ajak berhenti di pelabuhan kecil bernama Oevalgoenne. (sorry for the imprefection of my writing, males nyari tanda umlaut atau titik dua di atas huruf “O”- nulisnya buru-buru soalnya and my main point is not losing my happiness while writing this happiness in my own journal-)

Setelah dari Oevalgoene, Kezia saya ajak ke tempat ngopi favorit saya selama tinggal di Hamburg dulu. Kota gudang tua yg dilingkungi kanal-kanal tua yang dulu fungsinya jadi sarana transportasi pengangkut barang2 dari kapal besar ke gudang-gudang dalam gedung2. (ah ..dulu-dulu saya sering posting ttg tempat ini, nanti saya cari lagi deh postingannya di blog FS yg sudah mati suri)

Segitu ‘cinta’nya saya pada warung atau kedai kopi ini, sampai-sampai ketika seorang teman meminta saya untuk menulis artikel tentang kota Hamburg untuk sebuah media, saya terpikir untuk menceritakan kedai kopi ini sebagai pusat cerita.
Selain tempatnya yang unik, koleksi kopinya adalah kopi-kopi terbaik……dalan hal kualitas dan koleksi biji kopinya,…jauh banget kualitasnya dibandingkan dengan Starbucks..*yucks*… (hei hei…sejak kapan saya sok jadi pemerhati kopi begini?!)

Kezia juga suka sekali dengan kedai kopi cantik itu. Saya makin bahagia dan ngobrol dengan cerianya (dan mungkin juga dengan ‘kicauan’ yg agak lebih nyaring dari biasanya). Sampai seorang pria setengah baya yang semenjak awal duduk satu meja dengan kami, menyapa kami dengan sopan dalam bahasa Jerman yang artinya kira-kira begini:
“Bahasa dari negara manakah yang anda sekalian pergunakan untuk bercakap-cakap sekarang ini, maafkan saya yang sejak tadi tak kuasa untuk tidak menguping percakapan anda sekalian”

Dengan bangga saya menjawab: “Indonesien,…kami dari Indonesia”

Lalu dia berkata bahwa kopi Indonesia adalah salah satu kopi terbaik di dunia.
Kemudian, somehow dengan keminiman pengetahuan saya di bidang itu (tapi dengan ke-sok tahuan yg tinggi) saya menarik pembicaraan ke topik Kopi Luwak. Dan percakapan kamipun jadi makin mengalir deras…(cieh..deras…..berasa lagi ngomongin arung jeram)
Entah mengapa rasa percaya diri saya makin kurang ajar dan akibatnya saya makin sok tahu sehingga terbitlah kalimat:
“Perkenankanlah saya menduga bahwa bisnis kedai kopi yang luar biasa ini, adalah milik anda, benarkah dugaan saya ini?”

dan ternyata….benar! Bahkan bisnis tersebut sudah dijalaninya selama 35 tahun…

Wow…
later on…I found out that we were not only talking casually with the owner of the business, but also, the founder and one of the first Bio Coffee expert in Europe.
Yang tak pelit ilmu dan bersedia meluangkan waktunya menjelaskan banyak pengetahuan tentang kopi kepada kami. (Bahkan sampai bela-belain mengambil buku ensiklopedi hewan karangan direktur pertama Hagenbeckstierpark yg sudah menguning -milknya berpuluh tahun saya rasa- demi menerangkan apa itu Luwak, Kopi Luwak..prosesnya dsb!)
fufufufufu….
Saya melambung kegirangan. (sampai kata Kezia, pipi saya jadi merah merona saking bahagianya dan sampai Kezia malu sendiri melihatnya…lho?)

Ceritanya detailnya ..mungkin nanti-nanti lagi yah….*si Kezia sudah di tunggu oleh mitfahr-nya untuk ke Berlin pagi ini*